Ilustrasi Cinta Design Tuhan 13 (Ibu,ayah meneteskan air mata 2 )

Hawa dinginnya malang menusuk sampai lapisan kulit yang paling terdalam, lapisan kain tak mampu menghangatkan hanya keterbiasaan yang mengalahkan diinginnya hawa malang,
Sudah 40 hari aku berpisah dengan ayah dan ibu, menikmati hawa yang tak biasa kurasakan, awal-awal yang penuh dengan ketidak bahagiaan antara sedih dengan keberadaan dan rindu akan kasih sayang, rintangan-rintangan dalam memperdalam ilmu tidak semudah dalam  menyelesaikan misi dalam permainan banyak kendala dan butuh kesabaran, 1 minggu setelah di tinggal ibu aku tidak lepas dari tangisan malam, pembimbing yang begitu perhatian sebagai pengganti ayah dan ibu senantiasa mencari perhatianku untuk bisa tenang dan mulai menikmati keberadaan ku disini berusaha sekuat tenaga untuk bertahan dalam kesepian dan berjuang dalam kemandirian, inilah aku yang diajarkan mandiri sajek dini, 2 minggu sudah mulai berhenti dari tangisan malam  sudah menikmati indahnya pertamanan dalam 1 ruang dan 1 halaman menikmati kegiatan pembelajaran dan bermain dihalaman, main kelereng main bola dan main-main yang lainnya seperti anak biasanya tetap kurasakan, di minggu ke 3, allah memberikan kenikmatan cintanya lewat rasa sakit yang menimpa diriku, mulai merasakan ujian kesabaran dalam hidup jauh dari kedua orang tua yang biasanya ada yang memperhatikan kini tidak ada yang memperhatikan, 2 hari aku tergeletak di kamar merasakan sakit dan rindu akan kasih sayang, kesadaran diri pada diriku mulai terbuka, betapa banyak dosanya diriku menyianyiakan kasih sayang dengan kenakalan-kenakalan yang aku perbuat selama dekat dengan mereka, kini sudah mulai terasa ketika sudah jauh dari orang tua, aku haus dengan kasih sayang.
3 malam mendekati 40 hari aku di pondok waktu yang sudah mulai diberikan kesempatan untuk para wali santri atau orang tua untuk menjenguk anaknya. Aku mengalama rasa sakit yang tidak mampu tertahan dan membuat rasa takut mulai terkalahkan dengan ujian keberanian yang tidak bisa di diamkan karena jika aku diam semua akan merusak citraku sebagai santri yang sudah tahu apa yang harus di perbuat.
Aku mengalami sakit perut yang membuatku tidak nyaman dan meresahkan setiap malam, disetiap malam tepatnya pukul jam 1.00 malam aku dibangunkan dengan rasa sakit yang tidak bisa di tahan ingin rasanya mengeluarkan rasa sakitku di tempat tapi bahaya nanti bisa di permasalahkan oleh teman-temanku, antara rasa takut dan kesakitan, aku tidak nyaman untuk membangunkan pembimbingku untuk mengantarkanku ke kamar mandi, kuberanikan diriku keluar kamar, astaga aku merasakan detak jantung yang berdebar-debar, aku takut untuk berangkar ke kamar mandi yang letaknya jauh dari kamar tempat tidurku sekitar 20 meter untuk kamar mandi tata letaknya sangat menyeramkan dekat dengan pepohonan besar dan di sebelah batas tembok pagar pondok ada kuburan, rasa takutku mulai semakin tinggi, sedangkan perut tak mampu tertahan lagi ingin rasanya mengeluarkan, aku bingung antara mengeluarkan saja dan basah di celanaku dan bingung akan taruh dimana celana bekas kotoranku. Dan akhirnya aku berlari menuju kamar mandi dan menghiraukan apa yang akan terjadi.
Ah, lega sekali rasanya telah mengeluarkan kotoran yang meresahkanku berjam-jam sampai tidak bisa tertidur, aku masih dalam kondisi ketakutan di dalam kamar mandi, lagi-lagi jantungku berdebar untuk tetap bertahan dalam menembus keberanian, akhirnya aku kembali dengan tenang kekamar untuk melanjutkan tidurku, rasa sakit mulai kambuh lagi setiap 30 menit berhenti, sehingga sudah 4 kali aku bolak balik ke kamar mandi. Permasalahan pertama di pondok yang membuatku tak ingin lagi meneruskan untuk mondok dan ingin pulang,
***
Subuh menghembuskan nafasnya, angin dingin mengalir meterjel daun-daun yang rontok disekitar halaman pesantren, suasa masjid pesantren sudah diramaikan dengan santri-santri memulai menyegarkan diri dengan olahraga yang mampu menyempurnakan kesehatan jiwa dan raga yang tertuntun dalam kitab sang pemberi kesehatan apalagi kalau bukan sholat.
Setelah santri menunaikan ibadah sholat shubuh berjamaah, melanjutkan aktifitas berikutnya  ada yang mengaji al qur’an dan ada juga yang mengaji kitab kuning, setelah waktu pukul 6.00 pagi semua santri bergegas untuk mandi kemudian berangkat kesekolah umumnya.
Pondok pesantren mamba’unnur tidak memiliki gedung dan sekolah umum sendiri, setiap santri masih harus menempuh perjalanan sekitar 1km untuk kesekolah umumnya jarak yang cukup jauh bagi saya yang tidak biasa berjalan kaki menuju sekolah dengan sejauh ini, sungguh pengalaman yang memberikan pengalaman tersendiri bagi saya pribadi, anak kecil yang umur sembilan tahun, jauh dengan orangtua sudah melatih kemandiriannya, aktifitas sekolah mulai kami lakukan tidak jauh berbeda dengan dimana aku sekolah dulu, ada upacara setiap senin ada pembelajaran disetiap jamnya dan matapelajaranpun tidak jauh berbeda hanya berbeda sedikit yaitu tentang ilmu agamanya karena beground sekolah saya dulu sebelum mondok disini madrasah ibtidaiyah sedangkan ketika saya mondok masuk ke sekolah dasar.
Waktu sudah menandakan pukul 12.00 siang pertanda kami sudah akan pulang, guru menyarankan untuk merapihkan segalam macam peralatan belajarnya, buku pulpen dan lain sebagainya, sambut salam guru sebagai penutup akhir pembelajaran, assalamualaiku warahmatullahi wabarokatuh.
Dalam perjalanan aldi memikirkan kedua orangtuanya, sekarang sudah 40 hari aku di pondok seharusnya ibu dan ayah menjengukku yang pertamakalinya, aldi pulang bersama 2 temennya dan ijlal adik ipar , 2 temen aldi sudah di jemput orangtuanya di setengah perjalanan menuju pondok, mereka mendahului kami bersama ayah ibunya yang telah menjenguknya, saya dan ijlal mengeluh dalam hati di setiap perjalanan memikirkan kapan kedatangan ayah dan ibunya, antara menjenguk dan tidak. Setelah sampai ke pintu masuk pondok, aldi kaget antara gembira dan sedih ketika melihat ayah dan ibunya dari jarak kejauhan sekitar 50 meter berdiri menunggu saya didepan kamar, sontak aku berlari kencang kemudian melompot di pelukan ayah, dan menangis.
“yah aku kangen, ibu aku kangen, aku pengen pulang tidak mondok lagi, aku gak betah di pondok ibu, tidak enak aku pengen di rumah aja, pulang bu yah ayo pulang.
Ibu dan ayah tersentuh kaget melihat kondisi aldi yang menangis ingin pulang, lagi-lagi ayah dan ibu meneteskan airmatanya tak tega melihat kesedihan aldi, dan di tambah dengan cerita kondisi aldi selama seminggu ini, ibu tak kuat menahan air matanya tak tega dengan kondisi yang diderita di awal mondoknya, ayah yang terlihat kuat dan jarang menangis kini melelehkan air mata kesekian kalinya,
“Aldi yang kuat ya nak ya, kamu anak pintar pemberani, insyallah semua bisa di hadapi sama aldi, semangat ya le, jadilah anak yang sholeh dan bisa membanggakan ayah dan ibu” ungkap ayah aldi sambil mengusap air mata yang terus menetes di mata aldi.

Lanjutan di tunggu yang ke 14 sampai selesai nya buku novel ilustrasi cinta design tuhan
kami akan post sampai aldi menemukan cinta dibalik ilustrasi cinta design tuhan.

terimakasih

No comments:

Post a Comment

Terimakasih